Almarhum Endang Hidayat (kanan) bersama anaknya sebelum naik Gunung Semeru |
Suasana duka menyelimuti rumah sederhana milik almarhum Endang Hidayat (53) di Jalan Carita C, Blok 7 Nomor 199, RT 6/RW 8, Sepanjang Jaya, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis 26 Desember 2013.
Endang meninggal pukul 18.00 WIB, Rabu kemarin, 25 Desember 2013, saat mendaki gunung Semeru bersama anak keduanya Danu Sulandana Saputra (27 tahun).
"Jenazah ayah sudah diberangkatkan dengan pesawat dari Malang, Jawa Timur, pukul 14.00 WIB siang tadi," ujar anak pertama Endang, Dini Gema Juniarsih (30) saat ditemui di rumah duka. Menurut Dini, ayahnya tiba-tiba mengalami kejang ketika berada di pos II, Ranupani, saat akan menuju Puncak Gunung Semeru.
"Ayah kemudian dibawa ke Rumah Sakit Anwar di Malang. Katanya dia kena serangan jantung. Keluarga sempat kaget, karena ayah tidak ada riwayat jantung. Dia hanya ada riwayat diabetes," kata Dini.
Namun, lanjut dini, pihak keluarga mendapatkan informasi kejadian itu justru dari tetangga. "Tetangga ada yang baca Twitter, katanya ayah saya meninggal di Semeru. Pas saya telepon adik saya, katanya jenazah ayah sudah di rumah sakit," katanya.
Jenazah Endang diperkirakan baru sampai rumah duka pada Kamis malam ini. Rencananya, almarhum akan dikebumikan di TPU Corenda, Sumedang, Jawa Barat. "Ayah memang berpesan, kalau meninggal minta dimakamkan di tanah kelahiran ibu di Sumedang," ujar Dini.
Hobi naik gunung dan main gitar
Kejadian ini membuat sang istri, Tuti Kuraesin (51) sangat bersedih. Tuti tidak percaya sang suami yang sudah menemaninya puluhan tahun, meninggal di tempat yang amat dicintainya, gunung.
Menurut Dini, sepanjang hidupnya, ini ketiga kalinya Endang naik Semeru. Dia berangkat bersama rombongan Mapala Politeknik Bandung. "Yang punya acara adik saya Danu. Hobinya sama dengan ayah. Dia mengajak ayah, karena ayah memang suka dengan gunung," ujar Dini menambahkan.
Sejak masih muda, Endang sangat menyukai gunung. Bahkan, dia sempat menjadi ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di Jakarta. Kecintaannya akan gunung dia tularkan kepada anak laki-laki satu-satunya, Danu. Setamat kulaih di Politeknik Bandung, Danu bekerja di Telkom Bandung.
"Pernah keluarga melarang, tapi kata ayah mau sembunyi di manapun, kalau sudah takdir apa mau dikata. Intinya ayah tidak bisa meninggalkan gunung. Akan terus mendaki, sampai fisiknya tidak kuat," kata Dini.
Endang bersama Danu dan rombongan, berangkat dari Bekasi, Selasa siang kemarin. Tiba di Malang hari Rabu, mereka kemudian langsung menuju Gunung Semeru. "Ayah sudah beberapa tahun ini tidak naik gunung, dia mau ikut katanya kangen sama keindahan Semeru," kata Dini.
Almarhum meninggalkan seorang istri, dan empat anak, dan enam orang cucu. Endang pensiun muda dari pekerjaannya di pabrik bingkai foto PT Fajarina Grup di Serang Banten sejak 2003 silam. "Selain naik gunung, ayah sangat senang main gitar," kata Dini.
Firasat keluarga
Sejak pensiun, Endang hanya tinggal bersama istri. Di rumah sederhana itu, ikut tinggal cucu pertamanya. "Anak almarhum hanya yang bungsu saja yang belum menikah. Dia kerja di rumah sakit Pondok Indah Jakarta, dia kos dan seminggu sekali pulang," ujar Dini.
Dini sendiri terakhir bertemu dengan ayahnya pada Minggu kemarin. Hanya berselang dua hari sebelum almarhum berangkat ke Semeru. "Ayah numpang salat, dia biasa bercanda dengan cucu-cucunya di rumah saya. Sering menyipratkan air wudhu ke cucu. Tapi, ini tidak, dia lebih pendiam," ucapnya.
Setelah salat Zuhur, almarhum sempat bercerita kakinya seperti tidak menapak ke tanah, seperti kesemutan.
"Keluarga sudah ikhlas, karena ini sudah jalan takdir. Dia harus meninggal di tempat yang paling dicintainya, Gunung Semeru."
Di rumah duka tampak sejumlah karangan bunga yang berisi ucapan turut berbela sungkawa. Di sana berdiri sebuah tenda, dan jejeran kursi untuk para pelayat. (Hs2)
1 komentar:
semakin banyak pendaki yang tewas diAlam menjadikan kita lebi siap dalam melakukan aktifitas yang ekstim ini bukan malah membuat kita takut...karena kami Pecinta alam bukan Petualang.
Posting Komentar