Selasa, 22 Oktober 2019

TWKM XXXI, KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP: KADER-KADER MAPALA ADALAH KADER BANGSA UNTUK SELAMATKAN LINGKUNGAN.



Foto Bersama Peserta TWKM XXXI Mapala Perguruan Tinggi Se Indonesia
Temu Wicara Kenal Medan (TWKM) ke-31 resmi dibuka pada Senin (21/10).
Tahun ini, forum komunikasi pencinta alam se-Indonesia itu dihelat di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Mapala Meratus Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin didapuk sebagai tuan rumah. Ada sekitar 280 Mapala se-Indonesia, yakni, dari Aceh hingga Papua yang mengikuti kegiatan ini.


Ada 171 Organisasi mahasiswa pecinta alam hadir dan siap menembus rimba pegunungan meratus, serta berdiskusi perihal penyelamatan rimba terakhir Kalimantan, dengan hastag save meratus. Ketua Pelaksana TWKM 31, Muhammad Ariffin di sela pembukaan.
Dari TWKM XXXI, Ariffin berharap Presiden Jokowi membuka mata akan ancaman industri ekstraktif di Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Ancaman dimaksud, yakni SK Nomor 441.K/30/DJB/2017, tentang penyesuaian tahap kegiatan PKP2B PT. Mantimin Coal Mining (MCM) menjadi tahap kegiatan operasi produksi oleh Kementerian ESDM.
Lewat TWKM, kata dia, Mapala se-Indonesia bakal ikut menyuarakan isu penyelamatan Meratus ke level nasional. Berikut, rekomendasi hasil temu wicara ke kementerian terkait.
Sementara, Sekretaris Badan Pengembangan SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Sudayatna ikut hadir di TWKM kali ini.
Mewakili pemerintah pusat, Sudayatna memukul rebana sebagai penanda dibukanya hajatan tahunan komunitas Mapala tersebut.
Mapala, kata Sudayatna, selama ini sangat berperan dalam upaya KLHK melestarikan lingkungan hidup. Mulai dari bersih-bersih di gunung, pantai hingga kawasan perkotaan.
“KHLK menganggap Mapala adalah kader bangsa untuk upaya menyelamatkan sumber daya alam,” tegasnya.
Baginya, kader-kader Mapala se-Indonesia kerap memerjuangkan hak hak suara-nya melalui penyampaian aspirasi lingkungan hidup.
Kritik membangun dari aksi demo yang disampaikan ke KLHK turut mendorong pemerintah wajib menangani kasus itu.
“Ibu Menteri juga sangat bangga akan kritik masukan yang sampaikan Mapala. Dari sana KLHK sangat mendukung kegiatan Mapala,” ujarnya.
KLHK, kata dia, beranggapan mahasiswa merupakan generasi penerus sebagai akademisi praktisi sekaligus aktivis lingkungan hidup. Atas dasar tersebut, mereka diharapkan bisa ikut berperan saat Indonesia jadi negara maju pada 2045.
Meski tak menyinggung langsung isu Meratus, Sudayatna mengatakan Presiden Jokowi sangat mendukung penuh upaya pelestarian alam di daerah.
“Pak Jokowi juga Mapala, jadi Mapala harus aktif sewaktu mahasiswa maupun terjun ke dunia kerja bisa melestarikan lingkungan,” tuturnya. Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi adalah salah satu kader Mapala. Lebih tepatnya dari Silvagama, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Adapun, TWKM diselenggarakan dari Senin-Minggu (21-27 Oktober). Pelaksanaan tempatnya berpindah-pindah. Mengikuti konsep kegiatan. Misalnya Temu Wicara (TW) difokuskan di Kiram Park, Kabupaten Banjar. Sementara untuk Kenal Medan (KM) dibagi menjadi empat tempat. Yakni, Gunung Hutan di Puncak Halau Halau, Kabupaten HST. Rock Climbing (RC) di Batu Laki, Kabupaten Tapin. Susur Goa di Nateh, HST. Dan, kegiatan Lingkungan Hidup (LH) di Barito Kuala (Batola).

Ketua Mapala Roni satu satunya peserta yang mewakili mapala usn kolaka pada kegiatan tahun ini yang mana sebaiknya semua Divisi kita dapat tampil ambil bagian terutama pada Kegiatan Kenal Medan guna untuk mengikuti perkembangan materi dan peralatan kegiatan Outdor tapi karena saya sendiri secara otomatis bergabung pada kegiatan Temu Wicara untuk acara sidang-sidangnya saja. tutupnya.    
Sumber : Apahabar.com/Mapala USN Kolaka


Tidak ada komentar: