Pada Awal tahun 1960-an kegiatan yang
berorientasi pada pelestarian alam ini mendapat pengaruh yang cukup besar dari
kegiatann kepanduan (scouting). Pandu, yang kini dikenal dengan nama Pramuka,
berkembang pesat sejak tahun 1940-an, dan memang jenis kegiatan yang sering
dilakukannya adalah kegiatan olahraga, rekreasi, petualangan, membaca jejak dan
ketrampilan lainnya. Mau tidak mau, memang harus kita akui, bahwa kegiatan
kepecintaalaman bertambah muatannya dengan jenis-jenis kegiatan petualangan
karena adanya pengaruh dari kepanduan.
Istilah “Pecinta Alam” pertama kali
diperkenalkan oleh Mapala Universitas Indonesia pada tahun 1975. Setelah
berulang kali berganti nama, akhirnya mereka menamakan kelompoknya Mapala UI.
Setelah itu, terutama di era 1980-an,
perkembangan kelompok-kelompok Pecinta Alam semakin pesat di seluruh tanah air,
sampai sekarang ini.
Kalau kita menilik asal katanya,
‘Pecinta’ artinya orang yang mencintai, dan alam dapat diartikan segala sesuatu
yang ada di sekitar kita. Kalau kita perjelas lagi, alam berarti segalanya,
baik benda hidup maupun benda tak hidup, yang ada di dunia ini. Udara, tanah,
dan air merupakan bagian dari alam yang membantu kelangsungan hidup kita.
Demikian pula dengan tanaman, hewan, dan manusia, mereka termasuk bagian dari
alam ini. Keberadaan mereka satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Jadi,
jelas bahwa diri kita masing-masing pun merupakan bagian dari alam semesta ini.
Lalu dapatkah kita mengatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang yang mencintai
alam semesta beserta isinya, termasuk dirinya sendiri. Bagaimana pula dengan
mereka yang memiliki hobby bertualang di alam bebas? Dapatkah mereka kita sebut
Pecinta Alam? Tampaknya memang ada kerancuan makna dalam istilah “Pecinta Alam”
tersebut: antara mereka yang mencintai alam (lingkungan) dengan mereka yang
gemar berpetualang di alam bebas. Sebagai pembanding, di Eropa dan Amerika ada
suatu terminologi yang jelas bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia
kepecintaalaman, misalnya envi-ronmentalist (pecinta lingkungan hidup: Green
Peace), naturlist (pecinta alam seperti sebagaimana adanya), adventure
(petualangan/penjelajah), mountaineers (pendaki gunung), outdoor
sports/activities (olahraga alam bebas: berkemah, gantole, menelusuri gua ,
masuk hutan, menyususri gua, dan semestinya).
Di Indonesia, Pecinta Alam adalah
pendaki gunung, penulusuran gua, pengarungan sungai, pemanjat tebing dan
sekaligus pecinta lingkungan. Hingga saat ini baru sedikit kelompok yang
mengkhususkan aktivitasnya pada salah satu bidang saja.
Oleh karena itu, mungkin akan lebih
tepat bila dikatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang-orang yang menCINTAI ALAM
beserta segala isinya, dan yang menCINTAI petualangan alam bebas.
AKTIVITAS PECINTA ALAM (DI INDONESIA)
Kegiatan Pecinta Alam termasuk dalam
kegiatan yang mempunyai resiko tinggi (high risk activity) dan kegiatan lebih
banyak dilakukan di alam bebas (outdoor activity). Sebagian besar kelompok
Pecinta Alam memiliki kegiatan pokok dalam bidang kegiatan alam bebas seperti
pendakian gunung, pemanjatan tebing, penelusuran gua, jelajah hutan,
penelusuran sungai, penyusuran pantai, dan arung jeram.
Kegiatan-kegiatan tersebut perlu
didukung dengan pengetahuan dan kegiatan penunjang seperti pengetahuan tentang
orientasi medan (navigasi), pengetahuan survival, ketrampilan tali-temali,
pengepakan peralatan, penguasaan PPPK, dan pengetahuan sekaligus ketrampilan
mengenai SAR. Kegiatan penunjang tersebut akan banyak membantu dan diperlukan
untuk menghindari atau mengurangi resiko yang sangat mungkin terjadi.
Disamping itu Pecinta Alam masih
perlu didukung dengan pengetahuan dan kegiatan dalam bidang lingkungan hidup
seperti konservasi alam, penghijaun, bersih lingkungan, dan sebagainya. Juga
kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat seperti bakti sosial, penelitian
sosial, penyuluhan, dan sebagainya. Terakhir adalah kegiatan yang bersifat
organisatoris seperti manajemen organisasi, regenerasi keanggotaan, kaderisasi
anggota, pengembangan SDM bagi anggota, dan seterusnya.
Pada tahun 1492 sekelompok orang
Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont
Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka
ini tergolong penDaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian,
orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu
chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang menDaki
gunung. Tapi inilah penDakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.
Di Indonesia, sejarah penDakian
gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan “Pegunungan sangat
tinggi di beberapa tempat tertutup salju” di Papua. Nama orang Eropa ini
kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya
yakni Puncak Cartensz.
Pada tahun 1786 puncak gunung
tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di
Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan.
Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet.
Puncak Everest berhasil dicapai
manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru
dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak
saat itu, penDakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.
Di Indonesia sejarah pecinta alam
dimulai dari kampus pada era tahun 1970-an. Pada saat itu kegiatan politik
praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan
total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya
Mapala Universitas Indonesia di era yang sama, membuang energi mudanya dengan
merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung.
Kalau kita menilik asal katanya,
‘Pecinta’ artinya orang yang mencintai, dan alam dapat diartikan segala sesuatu
yang ada di sekitar kita. Kalau kita perjelas lagi, alam berarti benda hidup
maupun benda tak hidup, yang ada di dunia ini. Udara, tanah, dan air merupakan
bagian dari alam. Demikian pula dengan tanaman, hewan, dan manusia, mereka
termasuk bagian dari alam ini. Jadi, jelas bahwa diri kita sendiri merupakan
bagian dari alam semesta ini. Lalu dapatkah kita mengatakan bahwa Pecinta Alam
adalah orang yang mencintai alam semesta beserta isinya, termasuk dirinya
sendiri? Bagaimana pula dengan mereka yang memiliki hobby bertualang di alam
bebas? Dapatkah mereka kita sebut Pecinta Alam? Tampaknya memang ada kerancuan
makna dalam istilah “Pecinta Alam” tersebut: antara mereka yang mencintai alam
(lingkungan) dengan mereka yang gemar berpetualang di alam bebas. Sebagai
pembanding, di Eropa dan Amerika ada suatu terminologi yang jelas bagi mereka
yang berkecimpung dalam dunia kepecintaalaman, misalnya environmentalist
(pecinta lingkungan hidup: Green Peace), naturlist (pecinta alam seperti
sebagaimana adanya), adventure (petualangan/penjelajah), mountaineers, outdoor
sports/activities.
Oleh karena itu, mungkin akan lebih
tepat bila dikatakan bahwa Pecinta Alam adalah orang-orang yang mencintai alam
beserta segala isinya, dan yang mencintai petualangan alam bebas.
Lalu apakah kita sebagai pengaki
gunung bisa disebut sebagai pecinta alam? Jawabannya bisa ya dan tidak . Selama
seorang pengaki gunung masih suka buang sampah sembarangan di gunung,
corat-coret, petik sana-sini dan melakukan kegiatan tak bertangung-jawab
lainnya, rasanya tidak pantas bila disebut sebagai Pecinta Alam. Karena seorang
yang mencintai alam akan senantiasa menjaga kelestarian Alam, Bukan
Merusaknya………..
PALA,
Pencinta alam atau Petualang ?
Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan
satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau
dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak
kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI,
pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang
ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya,
mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas
disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun
ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak,
perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang
dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan
enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat
dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan
tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam
sebagai medianya.
Sumber: Modul Mapala USN Kolaka dan beberapa literatur lainnya.
2 komentar:
(y)
Izin share kanda
Posting Komentar